Menurut Aristoteles (348 – 322 SM), public speaking mempunyai tiga elemen dasar, yaitu Ethos (kredibilitas pembicara), Logos (bahasa pembicara), dan Pathos (koneksi pembicara dan audiens). Sedangkan kalau dilihat dari jenisnya, public speaking terbagi menjadi tiga, yaitu impromptu, manuskrip, dan pointer. Improptu adalah bicara di depan umum tanpa persiapan dan bersifat mendadak. Manuskrip adalah bicara di depan umum dengan naskah dan bersifat resmi. Sedangkan pointer adalah bicara di depan umum dengan catatan kecil. Jenis public speaking yang terakhir tadi adalah yang paling banyak digunakan oleh para public speaker.

Dalam dunia public speaking ada dua mitos yang berkembang, yaitu sebagai berikut.

Mitos pertama, kemampuan berbicara di depan umum adalah bakat dan bawaan dari lahir. Padahal kenyataannya tidak demikian. Public speaking adalah hasil dari latihan berbicara berkali-kali dan sangat bergantung dari jam terbang.

Mitos kedua, rasa takut yang muncul saat berbicara di depan umum adalah sesuatu yang negatif. Padahal, rasa takut ketika akan berbicara di depan umum itu adalah hal yang wajar. Bahkan menurut penelitian, sebanyak 75% orang itu takut berbicara di depan umum. Cara mengatasi ketakutan ini adalah dengan bersahabat dengan rasa takut dan menjadikan rasa takut sebagai tantangan. Untuk meminimalisir rasa takut, bisa dilakukan dengan cara menarik nafas dalam-dalam, mengalihkan fokus, membangun chemistry dengan audiens, membuat visualisasi saat tampil, dan yang terakhir adalah dengan berdoa.